“Ibuku Idolaku”
Matahari muncul dari timur,
kemerah-merahan warnanya. Terdengar ayam jantan berkokok, burung berkicauan
bersaut-sautan satu sama lain. Hawa sejuk terasa di badanku. Ku tarik selimut
itu menutupi badanku. Terdengar suara sreng,
sreng, sreng di dapur. Aku tahu pasti itu ibuku. Ingin mata ini terbuka dan
melihat ibuku di dapur. Akan tetapi mata ini terasa berat untuk terbuka.
Tok tok tok,,. Terdengar suara pintu
kamarku seperti ada yang mengetuknya. Tok tok tok,,,. Semakin jelas ada yang mengetuk
pintu kamarku. Tak lama kemudian ada yang memanggilku, “Dik, bangun! Waktunya
sekolah”. Aku tahu itu suara ibuku setiap kali membangunkanku. Sudah saatnya
aktifitas hari ini aku lakukan dengan semangat.
Namaku Rio. Aku tinggal di tempat yang
sederhana. Walaupun tempat tinggalku sederhana, akan tetapi aku sangat bahagia
dan merasa sangat nyaman. Aku sekolah di Taman Kanak-kanak Warawiri tak jauh
dari tempat tinggalku. Bersama teman-teman sekolah, aku belajar, bermain, dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kami dengan ibu guru yang
mendampingi kami.
Saat-saat di sekolah bersama
teman-temanku itulah saat yang ku tunggu-tunggu. Kami bercanda, bermain, dan
belajar dengan penuh keceriaan. Ibu guru yang mendampingi kami selalu
mengingatkan dan mengawasi kami dalam setiap kegiatan yang aku dan
teman-temanku lakukan.
Wawan, Alfin, Rani, Rudi, Mawar, Sani,
Santi, merekalah teman-teman yang selalu bermain, bercanda, dan belajar denganku. Aku sangat
senang bermain dan belajar bersama mereka. Mereka teman-teman terbaikku.
Di samping bermain dan belajar
bersama-sama teman-teman di sekolah, kegiatan dirumah bersama ibuku adalah
kegiatan yang membuatku sangat bahagia. Di rumah, semua kegiatan aku lakukan
bersama ibuku tersayang. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu
tiada hari tanpa ibuku. Semua keperluanku selalu ada berkat ibuku. Keperluan
sekolah, keperluan di rumah dan keperluan yang lain selalu siap tersedia
untukku. Semua itu ibuku yang menyiapkan.
Dari membangunkanku, menyiapkan bajuku,
menyiapkan sarapan, menyiapkan perlengkapan sekolah, mengantarkan aku berangkat
sekolah, bahkan menjemputku sewaktu pulang sekolah, semua itu dilakukan oleh
ibuku untuk aku.
Nangis, rewel, celotehanku,
permintaanku selalu ditanggapi oleh ibuku dengan sabar dan penuh rasa kasih
sayang. Ibuku rela tidak tidur semalaman hanya untuk menjagaku disaat aku
sedang sakit, ibuku rela seharian menemaniku disaat aku tak punya teman untuk
bermain.
“Kukuruyuk....” suara ayam berkokok
menandakan hari sudah pagi. “Tok tok tok, Dik waktunya bangun”, ibuku
membangunkanku. “Iya bu aku bangun”, jawabku. Kemudian ibuku selalu
menasehatiku agar membiasakan diri supaya bisa bangun sendiri ketika pagi
menjelang. Aku selalu mengingat nasehat ibuku.
Ibu mengatakan, “Ayo sekarang adik
mandi, nanti ibu siapkan pakaian dan sarapan untuk adik”. “Iya bu adik mandi
dulu”. Sreng sreng sreng, terdengar
suara itu di dapur. Aku tahu itu ibuku yang sedang memasak dan menyiapkan
sarapan untukku. Selesai mandi, pakaian seragamku sudah siap. Kadang-kadang aku
meminta bantuan ibu untuk membantuku memakai seragamku. Aku mengamati ibu jika
ia sedang membantuku memakai seragam sekolah. “Begini lho dik cara memakainya”,
ibuku mengajari aku cara memakai seragam dengan benar. Ia selalu mengajariku
agar aku bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri di kelak nanti.
Pakaian sudah rapi, aku menuju meja
makan. Seperti hari-hari yang lain, makanan kesukaanku telah tersedia di meja
makan. Siapa lagi yang menyiapkan makanan itu kalau bukan ibuku tercinta. Aku
selalu menikmati masakan ibuku dengan lahap. Di saat aku sarapan, ibu selalu
mendampingiku dan memperhatikanku. “Pelan-pelan dik makannya”, ibu mengatakan
itu sambil tersenyum.
Sarapan telah aku habiskan. Ibu
langsung merapikan meja makan dan menyuruhku untuk memakai sepatu. Seperti
biasanya aku kesulitan untuk memakai sepatu. Sambil tersenyum ibu
memperhatikanku. Tak lama kemudian ibu mendatangiku dan membantuku memakai
sepatuku. “Selesai, sekarang adik tunggu ibu sebentar ya, ibu mau siap-siap
dulu”, kata ibu. “Bu besok aku mau memakai sepatu sendiri”, kataku. “Wah pinter
anak ibu. Tapi kalau adik kesulitan ibu boleh membantu tidak?” ibuku bertanya.
“Emmmmm, boleh”, kataku. “Baiklah, ibu siap-siap dulu ya”. Aku duduk di depan
rumah sambil menunggu ibu siap-siap mengantarku ke sekolah.
Saat pagi-pagi seperti itu, terlihat
orang-orang melakukan aktifitasnya. Terlihat mbak Rini, tetanggaku,
mengeluarkan sepeda dan berpamitan kepada ibunya untuk berangkat sekolah. Ia
berangkat sekolah tidak diantar ibunya karena ia sudah kelas V SD. Kelak aku
ingin berangkat sekolah sendiri kalau aku sudah besar nanti.
“Dik, ayo berangkat”, ibuku
mengajakku. Aku berdiri dan lekas membonceng ibu menggunakan sepeda motor. Di
perjalanan aku juga melihat temanku Alfin dan Mawar berangkat ke sekolah. Aku
memanggil mereka dan merekapun juga memanggilku. Selain mereka teman-temanku
yang lain juga berangkat diantar oleh orang tua mereka.
Sesampai di depan sekolah ibu
menghentikan sepeda motornya dan menyuruhku turun. Ibuku juga turun dari sepeda
motornya. Aku berpamitan kepada ibuku sambil mencium tangan ibuku. Di saat
berpamitan, ibuku mengelus rambutku dan berkata, “Belajar yang rajin ya dan
jangan nakal”. Aku pun mengangguk mendengar pesan yang disampaikan ibu. Ibu pun
pulang ke rumah yang tak jauh dari sekolahku dan kembali ke sekolah saat, menjemputku
nanti.
Terlihat teman-temanku juga yang
sedang berpamitan dengan orang tuanya. Aku berlari kecil menuju kelas. Seperti
biasanya, ibu guru selalu menyambut aku dan teman-temanku sewaktu akan masuk
kelas. “Selamat pagi anak-anak”, kata ibu guru dengan senyum. Setelah kami
masuk kelas, ibu guru membuka pertemuan dengan menyanyi. Kami pun mengikuti ibu
guru bernyanyi dan kami merasa senang dan ceria.
Waktu istirahat telah tiba, kami
bergegas keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah. Kami sangat menikmati
waktu istirahat itu. “Teng teng teng..”. Sedang asik-asiknya bermain suara
lonceng berbunyi dan itu menandakan bahwa waktu istirahat telah usai. Kami
menyudahi waktu istirahat kami.
Beberapa saat kemudian setelah aku dan
teman-temanku belajar dengan dampingan ibu guru, bel berbunyi lagi, “Teng teng
teng teng...”. aku tahu itu adalah bel tanda waktu belajar telah usai. “Hore,
pulang..”, kataku. Teman-teman yang lain juga mengatakan, “Hore..”. sebelum
kami pulang, ibu guru menasehati kami agar selalu rajin belajar dan selalu
membantu orang tua.
Kami bergegas pulang dan tidak lupa
bersalaman dan mencium tangan ibu guru kami. Sampai di depan kelas, dari
kejauhan tampak ibuku yang duduk di atas sepeda motornya. Ia telah menungguku
pulang di depan sekolahku. Ibuku tak pernah terlambat kalau menjemputku. Ia
tahu kapan aku masuk sekolah dan kapan aku pulang sekolah.
Sambil berlari kecil aku menghampiri
ibuku. Teman-temanku yang lain juga telah dijemput oleh orang tua mereka. Aku
dan ibuku pun pulang ke rumah kami. Sesampainya di rumah, ibuku menyuruhku
untuk berganti pakaian dan mencuci tanganku. Ternyata ibu telah menyiapkan
makanan kesukaanku. “Dik, ayo makan dulu”, ajak ibuku. “Iya bu”, jawabku. Aku
pun menuju meja makan.
Sebelum makan, ibu bertanya kepadaku,
“Bagaimana dik pelajaran di sekolah hari ini?”. “Aku senang sekali bu belajar
dengan teman-temanku, bu guru juga menasehati kami agar membantu orang tua”,
jawabku. “Wah bagus itu. Ya sudah sekarang adik makan dulu setelah itu adik
istirahat”, kata ibuku. Selesai makan ibuku mengantarkanku ke kamarku untuk
istirahat.
Tak terasa hari sudah sore. Aku
mencari-cari ibuku. Ku cari kesana-kemari ternyata ibuku ada di dapur. Ia
sedang masak makanan untuk makan malam nanti. Aku mendatangi ibuku dan aku pun
bertanya, “Bu sedang apa?” ibu menjawab, “Masak dik”. “Masak apa bu?” tanyaku
lagi. “Ibu masak telur dadar dik”, jawab ibu. “Yah, aku gak mau makan kalau
lauknya telur”. “Lho ko adik tidak mau makan, kenapa?” tanya ibu dengan lembut
dan sabar. “Aku mau makan pakai nasi goreng bu”, pintaku pada ibuku. Ibuku
menjawab, “Oh, adik mau nasi goreng, baiklah ibu buatkan dulu, ditunggu ya?”. Ibu
langsung membuatkanku nasi goreng sesuai permintaanku.
Sebelum makan masakan yang dimasak
ibuku. Aku mandi terlebih dahulu. Terdengar ibu menyiapkan segala perlengkapan
makan malam di meja makan. Setelah selesai mandi aku melihat di atas meja
makan. Wah ternyata makanan telah siap semua. Aku tidak sabar untuk menikmati
nasi goreng yang aku minta tadi. “Wah masakan ibu kelihatan lezat sekali”,
kataku. Ibu yang mendengarku mengatakan itu hanya tersenyum. Kami duduk di meja
makan. “Adik jangan lupa berdoa dulu
ya?”, kata ibuku. Aku mengangguk mendengar nasehat ibu.
Hari pun sudah malam. Setelah aku
belajar dengan didampingi ibuku, aku merasa mengantuk. Ibu mengantarkanku ke
kamarku. Ia pun juga menemaniku di kamar sebelum aku tertidur. Sesekali ibuku
bercerita untukku hingga aku tertidur pulas.
“Kukuruyuk...”. Ayam jago berkokok
memnandakan hari sudah pagi. Seperti biasanya ibuku menyiapkan segala sesuatu
untuk keperluan sekolahku. Menyiapkan pakaian, makanan, mengantarku ke sekolah,
hingga menjemputku sewaktu aku pulang sekolah.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat,
Sabtu, Minggu tiada hari tanpa ibuku. Segala kebutuhan dan permintaanku selalu
ada berkat ibuku. Memang ibuku adalah pahlawan bagiku. Memang Ibuku Idolaku. Aku
berjanji kelak aku akan membalas jasa ibuku yang telah merawatku. Aku akan
selalu ingat nasehat ibuku.
Oleh : Nuri Dwi Nuryani
dalam mengikuti Lomba Menulis Cerpen untuk Pendidik PAUD
semoga bermanfaat. amin